Wine merupakan minuman beralkohol
yang biasanya terbuat dari jus anggur yang difermentasi. Keseimbangan
sifat alami yang terkandung pada buah anggur, menyebabkan buah tersebut dapat difermentasi
tanpa penambahan gula, asam, enzyme, ataupun nutrisi lain. Wine dibuat dengan
cara memfermentasi jus buah anggur menggunakan khamir dari type tertentu. Yeast
tersebut akan mengkonsumsi kandungan gula yang ada pada buah anggur dan
mengubahnya menjadi alcohol. Perbedaan varietas anggur dan strain khamir
yang digunakan, tergantung pada type dari wine yang akan diproduksi (Johnson,
1989).
Salah
satu jenis wine adalah red wine. Red wine adalah wine yang dibuat dari anggur
merah dengan beberapa jenis anggur merah yang terkenal di kalangan peminum wine
di Indonesia adalah merlot,cabernet,saufignom,syrah/shiraz, dan pinot noir.
Proses pembuatannya adalah sebagai berikut :
1. Penghancuran dan Perlakuan Anggur Sebelum Fermentasi
Proses pertamakali yang dilakukan
adalah menghancurkan anggur. Untuk wine merah, anggur dihancurkan beserta
kulitnya, Setelah itu dilakukan pendinginan pada suhu 5 – 100C dalam
waktu 24 – 48 jam dengan bantuan enzim pectinase untuk menghancurkan material
anggur.
Pada fermentasi wine atau anggur
juga dilakukan penambahan SO2 kedalam jus/cairan buah anggur dengan
tujuan untuk mencegah browning selama penghancuran buah dan menghambat
aktivitas khamir lain yang tidak diinginkan.
2. Fermentasi Alkohol
Secara
tradisional fermantasi dari anggur dilakukan di dalam tangki kayu yang besar
atau tangki beton, tetapi kebanyakan wine modern sekarang menggunakan tangki
stainless steel yang canggih dengan fasilitas pengontrol suhu, alat pembersih
dan lainnya. Anggur merah difermentasi antara 3 – 5 hari dengan suhu antara 24
– 270C. Pada fermentasi ini yeast yang digunakan yaitu Saccharomyces
cerevisiae yang diinokulasi dalam jus dengan populasi 106-107 cells/ml.
3. Fermentasi Malolactic
Fermentasi ini
terjadi alami 2 sampai 3 minggu setelah fermentasi alkohol selesai, dan
berakhir 2 sampai 4 minggu. Reaksi ini mengubah dekarboksilasi L-malic acid
menjadi L-lactic acid dengan menurunkan kadar keasaman wine dan menaikkan pH
antara 0,3 sampai 0,5. Penurunan kadar keasaman dengan fermentasi ini membuat
wine lebih lembut, rasa yang matang dan rasa yang lebih menarik.
4. Racking ( pemurnian )
Setelah fermentasi, wine menjadi
keruh karena material sisa, terutama yeast dan akibat jumlah karbondioksida
yang banyak. Kebanyakan yeast biasanya dengan cepat hilang secara normal ketika
wine disimpan. Wine yang bening kemudian dipisahkan dari endapan (proses ini
biasanya disebut dengan racking) dan diletakkan di tempat/kontainer yang baru.
Selama proses racking, sejumlah besar karbondioksida akan hilang.
5. Penyaringan dan Pemurnian
Penyaringan dapat diselesaikan
secara kasar untuk menyingkirkan sejumlah besar material yang tersisa, atau
dilakukan secara ketat untuk menyingkirkan partikel yang lebih kecil. penjernihan
adalah penambahan material (contohnya :bentonite )dimana ketika material ini
mengendap di kontainer, baik secara fisik ataupun oleh penyerapan, cenderung
menyingkirkan material endapan/sisa.
6. Stabilisasi Tartrat
Wine yang baru dihasilkan juga
memiliki zat terlarut, yaitu tartrat asam potasium ('krim' tartar). Karena
garam ini lebih sulit larut pada suhu yang rendah, salah satu metode untuk
mengurangi kandungannya yang berlebihan adalah dengan melewatkan wine dalam
penukar kation dimana potasium akan ditukar dengan sodium.
Resin yang digunakan adalah R1
(Amberlite SR IL-Na) atau (C10.H10)x.(C8H8O3S)x.xNa.
Resin disiapkan dengan mengolahnya menggunakan NaCl 10 %. Kemudian kolom dicuci
dengan air untuk menghilangkan klorida. Wine diisi dari atas dan dibiarkan
turun. Seiring mengalirnya wine melalui kolom. Wine akan mengikat Na+
dan melepaskan K+ ke resin. Ketika Na+ pada resin habis,
maka resin harus dibilas dengan air lalu diregenerasi menggunakan NaCl 30 %.
7. Aging/Pendewasaan
Red wine, benar-benar
memerlukan waktu pendewasaan yang lebih lama lagi untuk menghilangkan jumlah
tannin yang cukup dan memperoleh tingkat oksidasi yang diinginkan, biasanya
pendewasaan red wine memerlukan waktu 2 hingga 4 tahun.
8. Pembotolan
Wine yang sudah
melalui proses pendewasaan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol untuk
dipasarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar